Detail Berita 29 JULI HARI BHAKTI TNI AU, TERNYATA BEGINI SEJARAH DIBALIK PERINGATANNYA!

Admin BT19 - Sejarah Hari Bhakti TNI AU dilatarbelakangi oleh sikap Belanda yang mengingkari Perjanjian Linggarjati, sekaligus memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 1946 silam, Belanda melakukan serangan militer ke beberapa pangkalan udara TNI AU. Sebenarnya, sasaran utama Belanda adalah Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta, namun gagal karena cuaca yang tidak mendukung. Sehingga Belanda akhirnya mengalihkan penyerangan pada pangkalan lain seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi, Lumajang, dan Gordan Banten.

Serangan militer dari Belanda membuat marah TNI AU dan berujung pada serangan balasan. Hingga pada tanggal 29 Juli 1946, tepatnya saat dini hari menjelang subuh, dua buah pesawat TNI AU yakni Churen dan Guntei melakukan serangan udara ke daerah pendudukan Belanda. Beberapa daerah pendudukan Belanda yang diserang yaitu Ambarawa, Salatiga, dan Semarang. Penyerangan tersebut dilakukan oleh Kadet Penerbangan Sutardjo Sigit, Suharmoko Harbani, dan Mulyono dibantu tiga penembak jitu yang merangkap teknisi, yaitu Sutardjo, Kaput, dan Dulrachman.

Pada sore harinya, masih di tanggal 29 Juli 1946, Belanda melakukan serangan balasan terhadap pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan dari Palang Merah Malaya menggunakan pesawat P-40 Kittyhawk. Aksi tersebut menyebabkan pesawat Dakota jatuh di Desa Ngoto, sebuah daerah di selatan Yogyakarta. Kejadian penyerangan tersebut menewaskan tiga pelopor TNI AU yaitu Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulracman Saleh, Komodor Muda Udara Adisucipto, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.

Jatuhnya pesawat dan gugurnya tiga tokoh TNI AU kala itu meninggalkan duka yang amat mendalam. Guna mengenang ketiganya, mulai tahun 1955, tanggal 29 Juli ditetapkan sebagai Hari Berkabung. Namanya kemudian diubah menjadi Hari Bhakti TNI AU pada 1962 dan terus diperingati hingga saat ini.